MAKALAH
SEJARAH PERKEMBANGAN
TAREKAT DI INDONESIA
Oleh :
Ismail
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Zaman sekarang
disebut zaman modern, ditandai dengan kemakmuran material, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern, serba mekanik dan otomatis. Materi telah
mampu memberikan kesenangan dan kenyamanan lahiriyah.. Namun, semua itu, pada
taraf tertentu, telah menimbulkan kebosanan. Bahkan banyak membawa bencana.
Salah satunya adalah manusia modern telah dilanda kehampaan spiritual.
Di tengah suasana seperti itu,
manusia merasakan kerinduan akan nilai-nilai ketuhanan, nilai-nilai ilahiyah,
nilai-nilai yang dapat menuntun manusia kembali kepada fitrahnya. Karena itu
manusia mulai tertarik untuk mempelajari tasawwuf dan berusaha untuk
mengamalkannya. Hal ini terlihat dengan tumbuhnya majlis-majlis pengajian tasawwuf
dengan segala amalan-amalan dan dzikir-dzikirnya.[1]
Majlis- majlis tasawwuf inilah yang kemudian populer dengan istilah tarekat.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian tarekat?
4. Bagaimanakah perkembangan
tarekat dan di Indonesia?
5. Apa pengaruh
tarekat dan terhadap pemikiran islam di Dunia?
6. Tugas
perkuliahan
C. Tujuan
1. Mengetahui
definisi tarekat.
4. Mengetahui
sejarah perkembangan tarekat dan tasawuf di Indonesia.
5.Mengetahui
pengaruh tarekat dan tasawuf terhadap pemikiran islam di Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tarekat
Secara ethimologi berasal dari kata “Thoriqoh”
yang berarti jalan. Dalam artian jalan yang mengacu kepada suatu system latihan
meditasi maupun amalan-amalan yang dihubungkan dengan guru sufi. Istilah ini
kemudian berkembang menjadi organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang
khas,[2]
atau institusi yang menaungi paham tasawwuf.[3]
Dari
pengertian diatas, tampaklah pertalian yang sedemikian erat antara tasawwuf dan
tarekat, bahwa antara keduanya tampak sulit dibedakan dan tak bisa dipisahkan
antara yang satu dengan yang lain.[4]
Tasawwuf adalah sebuah ideology dari institusi yang menaunginya, yaitu tarekat.
Atau dengan kata lain, tarekat merupakan madzhab-madzhab dalam tasawwuf. Dan
tarekat merupakan implementasi dari suatu ajaran tasawwuf yang kemudian
berkembang menjadi sebuah organisasi sufi dalam rangka mengimplementasikan
suatu ajaran tasawwuf secara
bersama-sama.
B. Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan Tarekat di Indonesia
Sebenarnya
membicarakan tarekat, tentu tidak bisa terlepas dengan tasawuf karena pada
dasarnya Tarekat itu sendiri bagian dari tasawuf. Di dunia Islam tasawuf telah
menjadi kegiatan kajian keislaman dan telah menjadi sebuah disiplin ilmu
tersendiri. Landasan tasawuf yang terdiri dari ajaran nilai, moral dan etika,
kebajikan, kearifan, keikhlasan serta olah jiwa dalam suatu kehkusyuan telah
terpancang kokoh. Sebelum ilmu tasawuf ini membuka pengaruh mistis keyakinan
dan kepercayaan sekaligus lepas dari saling keterpengaruhan dengan berbagai
kepercayaan atau mistis lainya. Sehingga kajian tasawuf dan tarekat tidak bisa
dipisahkan dengan kajian terhadap pelaksananya di lapangan.
Dalam hal ini
praktek ubudiyah dan muamalah dalam tarekat walaupun sebenarnya kegiatan
tarekat sebagai sebuah institusi lahir belasan abad sesudah adanya contoh
kongkrit pendekatan kepada Allah yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
kemudian diteruskan oleh Sahabat-sahabatnya, tabiin, lalu tabi’it taabiin dan
seterusnya sampai kepada Auliyaullah, dan sampai sekarang ini. Garis yang
menyambung sejak nabi hingga sampai Syaikh tarekat yang hidup saat ini yang
lazimnya dikenal dengan Silsilah tarekat.
Tumbuhnya
tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama islam, yaitu
ketika nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul. Fakta sejarah menunjukkan bahwa
pribadi nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali bertakhannus
atau berkhalwat di gua Hira. Disamping itu untuk mengasingkan diri dari
masyarakat Mekkah yang sedang mabuk mengikuti hawa nafsu keduniaan. Takhannus
dan khlalwat Nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati
dalam menempuh problematika dunia yang kompleks. Proses khalwat yang dilakukan
nabi tersebut dikenal dengan tarekat. Kemudian diajarkan kepada sayyidina Ali
RA. dan dari situlah kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga dan
sahabat-sahabatnya sampai akhirnya sampai kepada Syaikh Abd Qadir Djailani,
yang dikelal sebagai pendiri Tarekat Qadiriyah.
Menurut
Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali mengatakan bahwa : Tarekat ialah metode
khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala
melalui tahapan-tahapan/ maqamat. Dengan demikian tarekat memiliki dua
pengertian, Pertama ia berarti metode pemberian bimbingan
spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri
dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi
brother hood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah,
ribath, atau khanaqah. Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga
sistem, yaitu: system kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan) dan sistem
hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali
atau qutub.
- Periodisasi sejarah perkembangan tarekat di Indonesia
Kekurangan
informasi yang bersumber dari fakta peninggalan agama Islam. Para kiai dan
ulama kurang dan bahkan dapat dikatakan tidak memiliki pengertian perlunya
penulisan sejarah. Tidaklah mengherankan bila
hal ini menjadi salah satu sebab sulitnya menemukan fakta tentang masa lampau
Islam di Indonesia. Islam di Indonesia tidak sepenuhnya seperti yang digariskan
Al-Qur’an dan Sunnah saja, pendapat ini didasarkan pada kenyataan bahwa
kitab-kitab Fiqih itu dijadikan referensi dalam memahami ajaran Islam di
perbagai pesantren, bahkan dijadikan rujukan oleh para hakim dalam memutuskan
perkara di pengadilan pengadilan agama. Islam
di Asia Tenggara mengalami tiga tahap : Pertama, Islam disebarkan
oleh para pedagang yang berasal dari Arab, India, dan Persia disekitar
pelabuhan (Terbatas). Kedua : datang dan berkuasanya Belanda di
Indonesia, Inggris di semenanjung Malaya, dan Spanyol di Fhilipina, sampai abad
XIX M; Ketiga : Tahap liberalisasi kebijakan pemerintah Kolonial,
terutama Belanda di Indonesia. Indonesia
yang terletak di antara dua benua dan dua samudra, yang memungkinkan terjadinya
perubahan sejarah yang sangat cepat. Keterbukaan menjadikan pengaruh luar tidak
dapat dihindari. Pengaruh yang diserap dan kemudian disesuaikan dengan budaya
yang dimilikinyam, maka lahirlah dalam bentuk baru yang khas Indonesia.
Misalnya : Lahirnya tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, dua tarekat yang
disatukan oleh Syaikh Ahmad Khatib As-Sambasy dari berbagai pengaruh budaya
yang mencoba memasuki relung hati bangsa Indonesia, kiranya Islam sebagai agama
wahyu berhasil memberikan bentukan jati diri yang mendasar. Islam berhasil
tetap eksis di tengah keberadaan dan dapat dijadikan symbol kesatuan. Berbagai
agama lainnya hanya mendapatkan tempat disebagian kecil rakyat Indonesia.
Keberadaan Islam di hati rakyat Indonesia dihantarkan dengan penuh kelembutan
oleh para sufi melalui kelembagaan tarekatnya, yang diterima oleh rakyat
sebagai ajaran baru yang sejalan dengan tuntutan nuraninya.
C.
Pengaruh Tasawwuf dan Tarekat
Terhadap Pemikiran Islam di Indonesia
Seperti
telah di sebutkan di atas, bahwa ajaran tasawwuf berkembang pesat karena
orang-orang pribumi sangat antusias terhadap ajaran ini. Hal ini dipengaruhi
oleh kekentalan kehidupan pribumi terhadap mistik sebelum Islam datang.
Sehingga tidak lama setelah Islam bersama ajaran Tasawwufnya masuk ke
Nusantara, banyak ulama’ nusantara yang menggeluti ajaran ini, diantaranya
adalah Syaikh Yusuf Makassar, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Al Sumatrani, Nuruddin
Al Raniri, Abdul Ra’uf Singkel dan lain-lain.[5]
Ketika itu, corak pemikiran Islam diwarnai
oleh tasawwuf. Pemikiran para sufi besar Ibn Al ‘Araby dan Abu Hamid Al
Ghazali sangat berpengaruh terhadap pengamalan-pengamalan muslimin generasi
pertama.[6]
Bahkan,
kehadiran tarekat di tengah-tengah masyarakat Indonesia pada masa penjajahan
itu telah memberikan angin segar bagi rakyat jajahan yang ingin melepaskan diri
dari penjajahan. Timbulnya beberapa pemberontakan di Banten pada tahun 1888,
Kediri pada tahun 1888, dan Sidoarjo pada tahun 1904. Dengan hal ini, terlihat
bahwa pada waktu itu tarekat berfungsi tidak
hanya sebagai gerakan keagamaan, tetapi juga gerakan politik dalam
menghadapi penjajahan.[7]
Saat ini, tarekat masih mendapat tempat
tempat d hati kaum muslimin Indonesia. Bahkan terus berkembang di kota-kota
besar di Indonesia. Juga tidak hanya terbatas kalangan ekonomi menengah ke
bawah, tetapi telah merambah pada kalangan ekonomi ke atas, bahkan para
bangsawan. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme warga setiap acara rutinan
jam’iyyah tarekat tertentu.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berbicara
tentang agama, tidak dapat lepas dari hubungan dengan Tuhan, yang dalam Islam
dikenal dengan ajaran tasawwuf yang kemudian dalam perkembangannya telah
menjadi ideologi institusi-institusi yang menaunginya yang disebut tarekat.
Dalam perkembangan selanjutnya, tarekat ternyata juga ikut andil dalam proses
kemerdekaan bangsa Indonesia. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, berbagai
macam fakta dalam bingkai sejarah “ Tarekat di Indonesia” telah membuktikannya
kemudian sumbansi yang membawa perubahan baru dalam pemikirin Islam di Dunia.
[1]
Sri Mulyati, Mengenal
dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006) hal. 3-5
[2]
Sri Mulyati, Mengenal
dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006) hal. 8
[3]
Noer Iskandar Al Barsyany, Tasawwuf, Tarekat
dan Para Sufi, (Jakarta:
Grafindo, 2001) hal. 73
[4]
Ibid. hal. 70
[6]
Sri Mulyati, Mengenal
dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006) hal. 8
[7]
Ajid Thohir, Gerakan
Politik Kaum Tarekat, (Bandung:
Pustaka Hidayah, 2002)hal 32-34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar